[Disclaimer] ~Ini tulisan basi banget alias basbang. Kalo gak mau baca mending gak usah baca
~Sepertinya lebih bagus kalo gw pake kata ganti orang ‘saya’ 🙂
~Deathnote 5 yang aseli belum ada, ya? [hehe.. maaf. OOT]
Belum kering kuburan alm. Soeharto di Astana Giri Bangun, Indonesia dibuat gempar dengan usulan pemberian gelar pahlawan nasional untuk mantan “pemilik RI 1” itu. Entah siapa yang awalnya menyampaikan gagasan, saya tidak tahu juga. *ada yang tahu?*. Diskusi terjadi di berbagai media. Ada yang pro dan ada yang kontra.
Saya pribadi berpendapat bahwa semua ini bukanlah persoalan ‘apakah soeharto berhak menerima gelar pahlawan nasional atau tidak’, namun lebih kepada ‘bagaimana sesungguhnya sikap masyarakat Indonesia terhadap Soeharto?’
Hm.. Walaupun saya masih berumur 10 tahun sewaktu Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden RI, masih segar dalam ingatan saya betapa saat itu bangsa indonesia bersatu padu meminta soeharto untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden. Kenapa? Karena tidak puas dengan pemerintahan Soeharto yang dianggap korup lah, tidak transparan lah, kejam lah, dan lain-lain. Dan setelah Soeharto berhasil dilengserkan oleh wakil rakyat sebenarnya alias mahasiswa, hujatan terhadap beliau seolah mengalir tiada henti.
Itu sikap kita dulu. Sekarang, setelah beliau wafat, lain lagi. Beliau dipuja-puja bak pahlawan seolah-olah kita lupa bahwa dulu kita mencaci-maki dan menghujatnya bertubi-tubi. Bahkan ada yang mengusulkan agar beliau benar-benar dianugerahi gelar pahlawan nasional. Ah, Bangsa ini seolah tak punya sikap.
Akhirnya saya sampai pada dua pertanyaan yang sungguh-sungguh menyiksa batin :
- Bagaimana sesungguhnya sikap masyarakat indonesia terhadap Soeharto? *yang menurunkan sebuah pertanyaan lagi [jadi anggap saja satu pertanyaan dengan yang di atas.. hehehe]* Sebenarnya kita ingin ‘mengadili’ atau ‘membela’ soeharto, sih?
- Seandainya para Pahlawan Reformasi yang telah gugur mengetahui bahwa ada yang mengusulkan agar Soeharto diberi gelar pahlawan nasional, kira-kira bagaimana reaksi mereka?
Jawabannya
1. Sikap masyarakat bermacam-macam 😆
2. Bila mereka tau, akan bangkit barangkali…
susah juga yakzz 😀
1. berani mengakui kekurangan dan kelebihannya
2. lho ngapain bangkit lagi?
kan bisa melanjutkan ‘perjuangan’ di alam sana (kalo ada)
@goop
sumpe, paman.. saya ngakak baca jawaban nomor 2..
hehe…
@bro caplang
#1. hmm.. tapi kok kekna aneh gitu ya… atau cuma perasaan saya saja kalo banyak orang plin-plan di negeri ini.. dan mungkin saja saya hanya susudzon kalo elite politik kita (yang mengibarkan usul itu..) semuanya penjilat.. hehehe..
#2. ah, mereka pasti lagi sibuk sama ‘urusan’ masing2..
lha. ketemu sama soeharto, dong?? hehe
Ikutan jawab
1. Bermacam-macam dan ndak jelas, dulu mencela, sekarang memuja
2. Reaksi? ya mungkin mereka akan mencari ISP disana dan mulai bloging untuk memprotes usulan itu
giliran orangnya (suharto, red) sudah mati, baru aja orang2 membahas kebaikannya. seolah2 ngga ada kesalahan dari dia secuilpun… huh…
ehmm , kayaknya no coment , masalahnya kalo aku mati nanti , aku ngga pengen diomongin orang , aku pengen orang memaafkan aku sehingga aku bisa masuk surga.
o iya mau mengundang untuk baca tulisan ini
makasih
http://realylife.wordpress.com/2008/01/13/pulang/
@nazieb
ohoho..
ketemu comrade yang sepaham gw..
hehehe..
@ajiputra
makanya..
heran gw..
*megap2
@realylife
hmm… yang gw bahas di sini intinya bukan soeharto, ye..
tapi sikap sebagian besar penghuni negeri ini yang :
ketahuan.. anda fast reading ya.. hehe..
1. Plin plan
2. Sibuk dengan urusan masing2
1. Yang paling tepat adalah orang yang hatinya bersih dan jujur untuk menjawab pertanyaan ini. Jangan orang yang penuh dendam kesumat atau orang yang terlalu banyak hutang budi. Masalahnya, siapakah yang hatinya bersih dan jujur saat ini sehingga bisa menilai secara jernih permasalahannya.
2. Tentunya, hal ini dapat kita tanya kan .. ketika kita semua – khususnya bangsa Indonesia – nanti berkumpul di akhirat. Dibikin agenda-nya, biar ga lupa. Soalnya kalo yang mati pada ditanya-in .. kaya’nya ga mungkin ya. Ntar malah klenik.
1. Yang paling tepat adalah orang yang hatinya bersih dan jujur untuk menjawab pertanyaan ini. Jangan orang yang penuh dendam kesumat atau orang yang terlalu banyak hutang budi. Masalahnya, siapakah yang hatinya bersih dan jujur saat ini sehingga bisa menilai secara jernih permasalahannya.
2. Tentunya, hal ini dapat kita tanya kan .. ketika kita semua – khususnya bangsa Indonesia – nanti berkumpul di akhirat. Dibikin agenda-nya, biar ga lupa. Soalnya kalo yang mati pada ditanya-in .. kaya’nya ga mungkin ya. Ntar malah klenik.
@adit
[HOEK]
berarti anda-fun sefendafadh dengan saia..
[/HOEK]
@erander
#1. berarti pertanyaan itu tidak akan bisa dijawab sampai kapanpun, bang? hmm… masuk akal, masuk akal..
dan gak akan ada lagi yang nulis komen di posting ini#2. *ngakak*
Kayaknya semua harus mengalah pada sikontolpanjang deh… 😆
1. Inilah indonesia, bro..
Sejarah berulang. Bung Karno juga di caci dolo kok sebelum akhirnya (setelah mati) di elu-elukan.
2.Akhirnya baik pahlawan reformasi maupun Soeharto menjadi orang sezaman disana.. Jangan2 disana Soeharto bakal di demo juga oleh mereka2 itu yak..
Lha…
apa itu Goen??
kayaknya anak ini lupa ngasih [strike]
kita ga bisa memungkiri bahwa bangsa “ini” tergolong masyarakat yang melankolis…gampang larut dalam emosi dan hanyut dalam air mata hanya karena pemberitaan media massa yang kadang cenderung mendramatisir keadaan. justru hal itu yang dapat dijadikan sasaran empuk bagi pihak-pihak tertentu yang ingin memanfaatkan moment langka ini…
aku jadi ingat teori komunikasinya Walter Lippman yang pernah bilang gini: antara kebenaran (truth) dan berita (news) merupakan dua sisi mata uang yang susah untuk dipisahkan. fungsi berita adalah menjelaskan suatu peristiwa, sedangkan kebenaran berfungsi memaparkan fakta yang terjadi sebenarnya. kita juga ga bisa menampik bahwa kadang kebenaran itu tersembunyi di balik berita. hhhhh….
kematian si “smiling general” ini bisa dikategorikan sebagai reporting extraordinary events yang mampu menguak berbagai sikap dan alam bawah sadar serta mengikis kesadaran sejarah masyarakat negeri ini terhadap kesalahan sang mantan penguasa tersebut.
sangat diperlukan nalar kritis beserta pertimbangan yang bijak dan adil agar kita bisa mengambil pelajaran moral dari peristiwa ini.
tapi perlu juga dicermati bahwa ga semua orang Indonesia mampu melupakan luka masa lalunya…. gitu Ji…..
1. Sikapnya sesuai ama slogan “Bhineka Tunggal Ika” Berbeda-beda tapi tetap satu.
2. paling mereka demo di akhirat sana, 😀
Baik, akan saya jadikan PR buat minggu depan.
Pahlawan honoriscausa…minta ke UGM aja…
*maaf* tp heran aja sama orang2 yang ngehujat pak harto (alm)
seolah yang menghujat lebih mulia dari yang dihujat,,
1. jujur aja aku menganggap dia sebagai bapak pembangunan, disamping itu juga aku tidak munafik kalau dia memang korupsi. bahkan kalau boleh ngomong sih dia termasuk salah satu yang mencanangkan program korupsi sampai ke RT/RW. (gimana tidak, ngurus KTP aja masak korupsi, iya gak…?)
2. reaksi mereka bakalan tertawa tawa, bagaimana tidak, udah mati kok masih dibicarakan, apa dengan begitu aku bisa hidup lagi.
iya , maaf agak rada – rada telat mikir nich , lagi sibuk ama proyek . he heh
tapi makasih ya udah silaturahmi kemarin
kalo mau ngasih, kasih aja. Kalo enggak, gak patheken. Gitu aja kok repot…
yah, saya ndak tahu, lah wong beliau-beliau itu dah gugur semua…
tapi kalau pertanyaannya diganti jadi: “Seandainya para pembaca blognya maxbreaker mengetahui bahwa ada yang mengusulkan agar Soeharto diberi gelar pahlawan nasional, kira-kira bagaimana reaksi mereka?
saya tahu jawabannya
kemaren saya juga ikut trenyuh loh,
lawong mbahnya itu orangnya seperti mbah saya yang asli, jadi inget mbah asli saya yang sudah nggak ada lebih dulu
tapi bukan kerana liat track recordnya yang ternyata seperti apa kata semuanya di sana-sini.
Politik itu memang kotor….
Fakta dan sejarah bisa diputarbalikkan demi kepentingan golongan…
Kadang pahlawan nasional dianggap pengkhianat bangsa…
Kadang pengkhianat bangsa dianggap pahlawan nasional…
Maka sebaiknya, memutuskan perkara ini harus dengan hati yang bersih…
(jadi ingat Aa Gym nih… jagalah hati… jangan kau kotori…) 😀
Wis..wis…to leh….
Terusno olehmu nyambut gawe sing BECIK…gawe Anak lan Bojo.
Gak usah dibelo lan diadili. Mo dibela gimana wong aku gak kenal, lagian Bangkainya dah dimakan Bakteri….dah lumrah. Mo diADILI gak punya kewenangan…yah ben DIADILI sing Moho PENGADIL….beres to
Mo dikasih Gelar Pahlawan…yo wis lumrah…itu kan kebiasaane ABRI kayak gitcu…
gak ada yang Istimewa toh…yang Istimewa entuh klu PETANI dikasih gelar Pahlawan Nasional….belon ada kan…??. Pedahal Petani itu kan yang ikut andil bikin mereka-mereka sukses…??.
siul-siul sambil nyruput wedang Teh Celup Sari Wangi….he..he…
salam….
ahh, pahlawan ya pahlawan, pahlawan
1.Ada yang mengadili ada yang membela…
2.Tergantung Pengacaranya bro…