Ketika kami keluar dari penginapan pagi itu, matahari sudah menggantung tinggi di langit. Baru kali itu saya melihat langit sebiru dan sebersih ini.
Meskipun masih jam setengah tujuh pagi, kami harus buru-buru check out dari penginapan seharga 100 ribu semalam itu. Maklum lah. Tujuan utama perjalanan ini kan bukan wisata. Kami diutus untuk mencari dan mengurus perizinan, transportasi, serta akomodasi untuk praktikum bulan Desember. Maka tidak heran kalau yang pertama-tama kami kunjungi pagi itu adalah Pos Pengamatan dan Mitigasi Bencana Bromo (PPMB Bromo), bukannya Segara Wedi.
Secara administratif, penginapan kami itu berada di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura. Desa ini bisa dikatakan sebagai salahsatu desa yang paling dekat dengan lautan pasir Bromo. Gapura dan loket pembelian karcis masuk Bromo pun berada di desa ini.
Desa lain yang juga dekat dengan lautan pasir Bromo adalah Cemoro Lawang. Untuk urusan penginapan, anda bisa memilih di antara keduanya. Oh, ya. Beberapa saat setelah check in semalam, kawan saya yang asli Ngawi serta yang asli Wonosari menyempatkan diri untuk jalan-jalan sebentar ke pos penjualan karcis. Katanya di dekat gapura ada beberapa penginapan yang harganya lebih murah, sekitar 50 ribu semalam. Tapi mungkin lebih kecil dari kamar kami, tidak double bed, dan kamar mandi di luar.
Kami menginap persis di depan pertigaan tempat jeep sewaan ke Bromo dan Pananjakan ngetem. Jadi, begitu berjalan keluar, kami langsung berhadap-hadapan dengan sebuah billboard kecil berisi daftar harga sewa jeep. Benar ternyata kata orang-orang di forum, harga sewa jeep ke Pananjakan memang 275 ribu PP. Untuk yang ke Bromo saya lupa harganya.
PPMB Bromo terletak sekitar 300 meter ke arah kiri dari pos penjualan karcis. Karena mengaku mempunyai urusan dengan petugas Pos Pengamatan, kami tidak ditarik karcis masuk (domestik IDR 6,000, mancanegara IDR 25,000). Lumayan.
Di jalan menuju PPMB Bromo, kami berpapasan dengan beberapa penduduk lokal, orang Tengger. Ada yang berkuda, ada yang bermotor, ada juga yang berjalan kaki sambil memanggul sesuatu di punggungnya. Yang saya perhatikan, sarung seperti menjadi asesoris wajib bagi orang-orang Tengger. Laki-laki menyelempangkan sarungnya di bahu, para perempuan melilitkannya di tubuh. Bahkan kawan saya yang asli Ngawi itu sampai berkelakar begini, “Mereka itu punya sarung khusus untuk bekerja, dan sarung khusus untuk di rumah, nongkrong dan bepergian”. IMHO, mereka semua ramah. Meskipun tidak seramah orang-orang di Jogja.
Sebagian besar masyarakat Tengger bermata pencaharian sebagai petani sayur. Sebagian kecil lainnya mencari nafkah sebagai PNS, buruh, pedagang, dan penyedia jasa dalam bidang pariwisata. Orang Tengger percaya bahwa Gunung Bromo (Brahma) adalah gunung suci. Karena alasan itu, setiap tahun pada tanggal 14 atau 15 bulan kasada, orang-orang Tengger menyelenggarakan upacara Kasada. Upacara ini dimulai dari Pura Luhur Kahyangan kemudian dilanjutkan sampai ke Puncak Gunung Bromo.
Beberapa menit berjalan kami tiba di sebuah belokan. Sisi kanan belokan itu cukup terbuka sehingga saya bisa memandang dengan bebas ke arah Bromo, Pananjakan, dan lautan pasir yang mengelilinginya. Samar-samar saya bisa melihat Pura Luhur Kahyangan yang terletak tidak berapa jauh dari kaki Gunung Batok. Ternyata Bromo memang seperti yang di poster dan di TV.
Sayang sekali waktu tidak mengizinkan kami untuk turun ke Segara Wedi, naik kuda, dan mendaki anak-anak tangga Bromo. Pagi itu juga, segera setelah urusan dengan PPMB Bromo selesai, kami harus segera balik ke Jogja. Maklum, besok lusa dari hari sabtu itu UTS sudah dimulai.
lihat pic gunung itu, bundo langsung ingat dian sastro dengan pasir berbisiknya.. 😀 ternyata pemandangannya memang seperti yang di film ya shige.. dahsyat!
hahhhhh, UTSnya hari senin???!!! OMG..
Saya ke Bromo tiga tahun lalu dengan keluarga besar. Kami nyewa tiga jip juga ke Panajakan, setelah nawar-nawar dapetnya Rp 350 ribu/jip.
Tips kalo mau ke Bromo:
Usahakan berangkat dari hotel kira-kira jam 3.30, jangan lebih. Supaya sampai di Panajakan bisa jam 4.30, jadi sempat solat subuh. Matahari sunrise yang bagus buat dipotret bulan ini, kira-kira jam 5. Oh ya, di Panajakan nggak ada musholla.
Setelah puas lihat sunrise, langsung aja turun ke Segara Wedi saat itu juga, supaya bisa dapet mendaki anak tangganya. Kalo umur kita masih muda-muda gini, jalan kaki aja kalo nyeberang Segara ke anak tangga. Baru nanti pas pulangnya nyeberang Segara, pake kuda.
Kalo bisa jangan lebih dari jam 9 pagi pas naik anak tangganya. Soalnya lewat dari jam segitu, mataharinya sudah tinggi banget dan pemandangannya sudah nggak bagus buat difoto. 🙂
dengan melihat fotonya saja udah terasa segernya alam pegunungan.
Habis UTS melancong kemana lagi bro ?
bukannya kebalik tarifnya, ya? seingetku, harga karcis utk turis mancanegara lebih mahal daripada yg turis lokal.. 😀
saya cemburu dengan mu,
bisa menjelajah indonesia dengan penuh semangat kebebasan,
manfaatkan masa muda mu dengan maksimal…
sukses selalu
Subhanallah…Bromo itu memang sangat indah ya..speechless deh memandang pesona keindahannya…
Asik banget bisa jalan-jalan kesana. kanglurik bahkan belum pernah sama sekalipun lho…
whahahahha
jalan2 terus nie bro.. asoy geboy
aduh kapan ya saya ke sana?
liat dari picnya pengen cepet2 ke sana 😀
mantab masbrur… jadi kepengen kesana..
sukses buat ujiannya 🙂
Saya ndak pernah ke Bromo. Tapi sering melihatnya saat dalam pesawat jurusan Denpasar-Jogja atau sebaliknya. Hehe!
Kapan aku sebebas itu… 🙂
Naik Kuda yiiiiiihhhhaaahhh……
salam,
Hmm..bikin ngiler, salah satu keinginan saya untuk bisa journey ke tempat ini. semoga..
kayaknya tempat berfoto paling bawah itu juga tempat saya berfoto dulu, hehe
wah..senangnya mas,,jadi ingin jalan2 juga..
hahahaha..
tapi saya salut sama mas, udah mau UTS tetap jalan2…
mantap bung…
salam kenal juga yah…
gunung bromo salah satu tempat yang belom pernah aku kunjungi semoga kapan-kapan bisa ke bromo, dan ini menjadi informasi awal
ah…sudah nggak bisa ‘keluyuran’ seperti dulu lagi.
gilaaaaa….
keren banget Bro…
*impian yg belum kesampean, naik kuda… errrrrrggggg
Selamat ujian saja. Setelahnya, silakan berpetualang lagi … ^_^
Woalah… Survei to…. Enaknya jadi geophysicist… :p
Lanjutkan…Jalan-jalan terus..hehe…
seru bro baca bloge… apalagi tentang bromo..Wuih…selalu di hati.Yiepieee
Felix Kusmanto
wuih wuih keren mantap tuh journeynya,,, sayang gue gag demen naek gunung, suka ngos=ngosan
selamat malam
selalu bangga jika abang tetap bisa mewujudkan keinginannya
salam hangat selalu
kapan kapan ajak blue
Wah sayang nggak sempat ke segara wedi ya…
Ya sutra, selamat UTS, abis UTS digeber lagi ke Bromo atuh! 😉
satu yang kurang nih,
aku kok gag diajak 😛
btw, salam kenal 🙂
seruuu banget jejak langkahnya
salam kenal ya
jadi ingat gagal ke bromo…btw pemandangan yang di ambil selalu menarik dan bagus-bagus..shige seorang pecinta photografi ya ?? 🙄
-salam- ^_^
waktu itu saya datang pukul 2 malam, jadi ndak ada yang narik karcis. Tidak ada acara menginap, langsung turun ke lautan pasir dan menanjak ke gunung bromo. Lumayan lah, wong tujuan utama adalah mendaki. Subuh baru bisa sampai di puncak. Seger banget rasanya.
wah pertinya asyik neh jl2nya.. jd pingen
Wah… desember jalannya kapan mas? boleh ngikut gak?
berarti akan ada kelanjutan ceritanya nih bro? ditunggu
Tahun depan, saia mewajibkan ke Bromo nih *semangat*
wahhh asyiknya bisa kesana….gue kapan yah…bisa jalan2 kesana???? btw lam kenal, perjalanannya seru yah??/
LAM KENAL..NUMPANG IJIN BOLEH DITARO DI TAUTKU GA BLOGMU?? HEHEHEH
Aduh aku selalu ingin ke Bromo sampai sekarang belum kesampaian entah kapan 😦
Saya sendiri belum pernah ke sana. Thanks for your report .. Morishige the Adventurer Blogger…
Tempat ini msk tujuan untuk dikunjungin! 🙂
foto terakhir itu keren!!!
kapan gw bisa pose disana ya…i will add this place in my agenda…hhohohohoho…bikin iri! 😀
ayo jejaka lanjutkan petualanganmu 😀
hadoowww masih belum bisa ke bromo, mudah2an kesana sebelum akhir tahun.. hikzz
Wow, aku malah belon pernah ke sana nih, mungkin saya harus meluangkan sedikit waktu untuk bisa menikmati itu di akhir tahun ini,.. hmmm semoga
kereeennn….
tapi sayang banget ya langsung pulang ys.. padahal pengen denger cerita selanjutnya…
seruu bener iaa
jalan jalan dulu abis ituh uts..ahahay^^
__selamat uts iaa sob, semoga hasilnya baik__
hiks. kapan ya bisa ke bromo?
sayang tempo hari kamu buru-buru ya, dri.
tapi ngemeng-ngemeng, kenapa kamu dkk yang ditugasi, ya?
apa dosennya tau kalau kamu sukaaaa banget jalan, dan bisa disuruh jalan dengan modal irit ya? kekekekek…
“Karena mengaku mempunyai urusan dengan petugas Pos Pengamatan, kami tidak ditarik karcis masuk (domestik IDR 6,000, mancanegara IDR 25,000). Lumayan.”
Hmm.. interesting. Males bayar karcis Rp6000 yang seharga atau malah lebih murah dari 1 mangkok baso. Padahal karcis masuk ini tentu sebagian diarahkan untuk konservasi Bromo, area yang sangat Anda kagumi. Hebatnya lagi, anda dapat “diskon” ini dengan menipu, mengaku mengenal orang dalam. Saya harap Anda tidak pernah tergabung dalam kampanye anti KKN / pro KPK di kampus maupun di media. Esensinya tidak berbeda dengan tindakan aparat yang “nyicil” dari yang kecil2.
Dan saya harap juga Anda memiliki nyali untuk mem post komentar. Berani mempublikasikan blog, berani terima kritik 🙂
saya memang benar-benar punya urusan dengan pos pengamatan dan petugas TNBTS yang berwenang menyuruh kami untuk masuk tanpa membayar karcis. rezeki apa bisa ditolak?
dan jika anda berada dalam posisi saya, diperkenankan masuk tanpa membayar, apa yang anda lakukan? saya rasa akan terlalu naif jika anda ‘memaksa’ untuk tetap membayar.
hmm.. menarik nih.
padahal saya nulis kayak gini:
bukannya saya menipu dengan mengatakan kenal orang dalam.. saya cuma bilang punya urusan dengan petugas pos pengamatan. well, kedua kalimat itu punya pengertian yang berbeda.
saya bukan orang suci dan syukurlah, harapan anda terkabul, karena saya nggak “tergabung dalam kampanye anti KKN / pro KPK di kampus maupun di media” as you said. dan, saya harap anda bisa mempertanggungjawabkan “citra suci” yang anda ciptakan di komentar di atas.. tentu saja dengan cara melunasi apa saja yang harus dibayar sekalipun petugas berwenang memberikan eksepsi terhadap anda karena alasan tertentu.
saya terbuka dengan kritik dan saya harap anda terbuka juga dengan identitas anda. bukankah lebih bijaksana menyantumkan link daripada belagak menjadi anonim?
Gann… kalo ke bromo rombongan cewe-cewe 4 org, aman ga yahh..? hehhee… soalnya ada rencana ke jogja 6 hr, tp pengan lanjut ke bromo…