
Baglung
Pada pagi ketiga di Pokhara, kami mengikuti pemuda bertato yang murah senyum itu berjalan di beranda Hotel Angel. Ezek dan saya hendak menitipkan barang-barang yang tak kami bawa ke kaki Annapurna. Semula saya kira kami akan diantar ke dapur, bawah tangga, atau entah ke pojok mana di lantai bawah. Ternyata tidak. Kami dibawa naik tangga, ke atap, ke paviliun dekat jejeran tali jemuran yang rupanya adalah gudang.
Sang pemuda membuka kunci gembok, mendorong pintu, lalu menyilakan kami menaruh barang. Pojok-pojok ruangan sudah penuh barang titipan, tapi tengah ruangan masih lega. Saya taruh tas laptop dan tas lipat Quechua punya saya di sana. Ezek meninggalkan “bengkel” berjalannya.
Read More