STOP, Jika Kamu Tersesat

Banyak yang bilang kalau ikut organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) tidak ada gunanya. Bahkan ada sebagian orang yang dengan kejam memelesetkan kepanjangan Mapala menjadi Mahasiswa Paling Lama. Ya, yang dimaksud adalah mahasiswa yang lulus kuliahnya paling lama. Walaupun yang di kalimat terakhir ini tidak sepenuhnya benar.

Bagi mahasiswa yang kuliah di bidang tertentu, seperti geofisika, dan menggemari kegiatan tertentu, seperti jalan-jalan, ilmu kepecintaalaman ternyata justru sangat diperlukan. Terlebih ilmu navigasi darat dan manajemen perjalanan. Tak percaya? Saya membuktikannya sewaktu tersesat di hutan pulau sempu Agustus lalu.

Senior saya pernah mengajarkan begini, “Kalau nyasar di hutan, yang harus kau lakukan adalah STOP.” Lanjutnya, “Stopthinkobserve, dan plan.”

Waktu itu kami telah berjalan dua jam lebih. Namun belum ada tanda-tanda akan sampai di Segara Anakan. Malah trek yang kami tempuh bertambah sempit dan semakin tidak jelas. Akhirnya pemimpin rombongan anak SMA yang kami ekor menyerah. “Kita nyasar, Bang.” Katanya.

« Stop
Rombongan anak SMA sejumlah lima belas orang itu kami suruh duduk dulu. Mereka juga sepertinya sudah capek berjalan. Walaupun trek yang ditempuh datar-datar saja, lamanya perjalanan tentu saja membuat tenaga mereka terkuras.

Apalagi matahari juga sudah lama tenggelam di ufuk barat. Sudah tidak mungkin meneruskan perjalanan. Disamping jalur kami memang melenceng lumayan jauh, anak-anak SMA itu juga tidak semuanya melengkapi diri dengan senter.

« Think
Ketika temannya istirahat, kami memanggil Ijal. Sang leader tim SMA. Berlima kami memikirkan kira-kira tadi rombongan kami nyasar mulai dari mana. Mengingat Ijal mengaku sudah pernah ke Segara Anakan tiga kali, tadi kami mempercayakan nasib ke dia.

“Paling kita salah jalannya habis hutan bakau, Bang.” Kata Ijal. Posisi kami sekarang adalah dalam lembah kecil seperti selokan air. Sekeliling kami hutan lebat dan rapat.

“Kau masih ingat kita tadi muncul dari mana?” Sambil menyenteri sekeliling saya bertanya ke Ijal.

« Observe
Kemudian kami berkeliling melihat medan sekitar dan mencari-cari jalan setapak yang tadi kami lalui. Nihil. Ternyata dari tadi kami memang sudah memotong semak-semak. Tidak lagi mengikuti jalan setapak yang jelas.

Tadi Bapak Polhut bilang kalau trek menuju Segara Anakan besar dan jelas. Dan sepertinya kami tersasar lumayan jauh.

« Plan
Karena sudah tidak mungkin untuk melanjutkan perjalanan malam itu juga, malam itu kami tidur di belantara Sempu. Ditemani nyamuk dan suara binatang-binatang malam. Hanya beralaskan mantel hujan dan berbantal carrier.

Rencananya trekking akan dilanjutkan besok. Pagi-pagi sekali kami akan mulai jalan dan mencari jalan setapak. Terserah jalan setapak itu akan membawa ke Segara Anakan atau malah ke Teluk Semut lagi. Jika tibanya di Segara Anakan, syukur. Jika kembali ke Teluk Semut, kami akan mengikuti rombongan lain yang mengerti jalan. :mrgreen:

Besoknya, pagi-pagi sekali kami sudah mulai jalan. Setelah mencari-cari sekitar lima belas menit, akhirnya saya dan Bang Deka menemukan jalan setapak. Jalan itu kami ikuti dan tak lama kemudian kami tiba kembali di Teluk Semut. Tahu tidak? Dari awal ternyata Ijal sudah salah memilih jalan. Sial! Ketika akhirnya kami sampai di Segara Anakan, gembira sekali rasanya.

23 pemikiran pada “STOP, Jika Kamu Tersesat

  1. satu lagi. tetap tenang.

    makanya, untuk menghindari tersesat yg bertambah parah, perlu peta dan kompas. kadang kita meremehkan dua benda ini.. 😀

    lebih keren lagi kalo pake GPS. kalo pake GPS masih tersesat juga, goblok itu namanya.. 😀

  2. @alamendah: yoi bro.. tetap STOP agar bisa keluar dari permasalahan. :mrgreen:

    @nakjaDimande: lagian, bun, dalam keadaan seperti itu nangis juga udah ngga ada gunanya juga. :mrgreen:

    @noun: wew! selera humor ente ane suka nih. setipe kita. :mrgreen:
    *play?? apa ya?*

    @zam: iya, kang. tetap tenang itu yang paling penting sebenernya.

    makanya, untuk menghindari tersesat yg bertambah parah, perlu peta dan kompas. kadang kita meremehkan dua benda ini.. 😀

    waktu ke bali juli kemarin, saya bener-bener merasa beruntung udah ngeprit peta denpasar dan peta bali, kang. karena ternyata di denpasar itu banyak banget jalan searah. kalo pake motor kan repot juga kalau sebentar-sebentar harus bertanya. :mrgreen:

    hehehe.. kalo pake GPS sih tinggal masukin koordinat, kita langsung Go To aja. GPS, setidaknya bagi saya sekarang, kendalanya cuma satu kang; belum mampu beli. :mrgreen:

  3. weh.. weh.. Untung tak ada adegan seperti film2 tu. Tersesat di hutan, nemu rumah kosong, dan terjadi pembantaian akhirny hanya 1 yg survive. :mrgreen: *tlalu berimajinasi*
    *sm0ga itu ga pernah terjadi, 😉 *

  4. Aku pernah tersesat, di tengah kota, kota pedalaman, sama yayang lagi. Ufffhhh … Gara-garanya ada pesta, jadinya disuruh belok, eeeee … malah nyampe kuburan segala.
    Ampun …
    Gak ngerti kalo tips pertamanya mesti stop.
    Makasih tipsna.
    🙂

  5. iya, kalimat sakti itu yang aku gunakan ketika menyusuri semeru. Tidak usah sok jika tidak tahu jalan, lebih baik beristirahat sambil berpikir mencari dimana salahnya

  6. aku pernah tersesat di sindoro
    stop nunggu yang lewat gak ada yang lewat2. ya iyalah… namaya jgua tersesat.
    setelah menangis sebentar, pikiran bersih, jalan lagi deh. hehehe…

  7. wew…kayaknya tips diatas tidak hanya berlaku untuk yg tersesat di hutan atau gunung deh…tapi juga berlaku bagi setiap permasalahan yg dihadapi dalam kehidupan…

    nice tips 😉

  8. @regsa: bener banget bro. masalahnya di hutan itu gak ada yang bisa ditanyain. kecuali… :mrgreen:

    @areeavicenna: buset! jangan sampe dah. jangan sampe mengalami kejadian kayak di film “Wolf Creek.” ketemu psikopat, pulang2 tinggal nama. hahaha..

    @dhodie: sekali-sekali ente perlu nyoba tuh bro. asik lho. :mrgreen:

    @abied: wah itu lain masalah. kalo tersesat sama yayang, bagi saya malah berkah. 😀

    @mandor tempe: wah, pak mandor udah nyampe mahameru ya. :mrgreen: jadi malu, saya belum pernah.

    @dian: saya juga pernah di sindoro. nangis bukan karena nyasar, tapi karena pos 3 ke puncak jauhnya minta ampyuun. :mrgreen:

    @ria: yups, indeed. 😀

    @joddie: iya bro. bener sekali. 😀

    @imadewira: benar-benar menyenangkan. bukan suasana sendu yang muncul, kami bersembilan belas malah ngakak bareng gara-gara kelakuan mereka anak2 SMA. 😀

    @snowie: Segara Anakan dan Teluk Semut itu di Pulau Sempu. Selatannya Malang. 😀

  9. iya neh, skarang kan zaman GPS jg, n seharusnya para pendaki punya modal pengetahuan yg cukup. (Yg katanya mw daki TGP musti tes dulu jadi gak sih?) miris jg akhir2 ini banyak kasus pendaki tersesat di hutan, kan makin memperburuk citra Mapala dan menakut2i para orang tua T-T

  10. waktu itu pas naik Merbabu rombongan juga sempat tersesat…untungnya bawa brik-brik an jadi bisa kontek rombongan yang lain…hasilnya dakinya jadi muter-muter en kaki hampir kram…tapi seru!! 🙂

  11. Whahahaha pasti pas persimpangan ente makek jalur kanan yaaa , soalnya ane juga pernah tersesat di sempu sampai nemuin 3 pantai yang sepi banget yang ombaknya setinggi rumah dan berakir seperti ente balik lagi ke teluk semut , dan nebeng ikut rombongan lain . Hahahaha

Tinggalkan Balasan ke Dian Batalkan balasan