Selinting Rokok di Sindoro (2)

Matahari belum begitu tinggi ketika saya terbangun di basecamp Sindoro pagi itu. Rencananya pagi ini kami akan langsung munggah gunung “kembaran” Sumbing ini. Tentunya setelah makan pagi untuk mengisi perut yang keroncongan.

Seingat saya, dekat dengan gerbang dusung Kledung, ada sebuah kafe yang sering disinggahi pendaki yang akan naik Sindoro. Maka dengan diselimuti udara dingin pegunungan, berjalanlah kami keluar mencari makan. Tapi sayang, kedai itu tutup. Kami kembali ke basecamp dengan perut yang masih “setia” mengeluarkan bunyi-bunyian penanda kekosongan.

Sungguh beruntung, ketika kami tiba kembali di basecamp, Mas Dodo kebetulan akan pergi ke pasar. Dan dia menawarkan untuk membelikan kami sarapan. Tentu saja penawaran ini kami terima dengan senang hati.

Selang beberapa menit Mas Dodo kembali dengan dua kresek hitam yang masing-masing berisi nasi hangat dan gorengan. Dia mengajak kami ke ruang tamu nyaman tempat anak-anak Grasindo biasanya ngumpul. Makanan itu ludes seketika.

Anda pasti bisa menebak apa yang kami lakukan setelah makan. Ya, tepat sekali. Merokok. :mrgreen: Saya menghisap Dji Sam Soe, Bang Deka menikmati Surya, dan Mas Dodo mengeluarkan sesuatu seperti tempat tembakau dari sakunya.

Ternyata isinya memang tembakau plus cengkeh dan papir. Dengan lancar dia menata tembakau di atas papir, menaburkan bubuk cengkeh, kemudian melintingnya. Sejenak kemudian Mas Dodo, anak-anak Grasindo lain, dan kami bas-bus menghirup dan menghembuskan asap rokok. Saya juga sempat menyicipi rokok lintingan itu. Rasanya lebih lembut dan nikmat daripada Jarum Coklat. :mrgreen:

Di sela-sela smoking section itu kami ngobrol-ngobrol seru. Mas Dodo cerita banyak tentang pendakian Sindoro. Tentang pantangan-pantangan; seperti nggak boleh naik kalau di basecamp hujan, jangan naik waktu bulan purnama, dan lain-lain. Dia juga cerita kejadian-kejadian “menarik” di Gunung Sindoro; tentang seorang pendaki ilegal (tidak melapor sebelum naik) yang secara kebetulan meninggal di atas, tentang serombongan mapala yang tidak bersikap seperti mapala dengan meninggalkan temannya yang sakit sendirian di atas hanya karena dia bukan anggota mapala. Mas Dodo yang sekali seminggu “turun” ke Jogja untuk mengantarkan sayur-mayur segar ini juga bilang kalau dahulu, sebelum terkenal seperti sekarang, Dody Johanjaya sering main ke basecamp Sindoro. “Kadang sampai menginap seminggu”, katanya.

Inilah yang paling saya suka dari sebuah perjalanan; mengobrol dan mengakrabkan diri dengan orang-orang baru yang saya temui. Menambah wawasan tentang banyak hal. Dan senang rasanya keluar dari tempurung. Memisahkan diri sejenak dari rasa bosan terhadap orang-orang pintar dan bermata sebelah yang sehari-hari saya temui.

Jam 10 pagi hujan turun. Rencana keberangkatan ke puncak pun terpaksa kami tunda dahulu. Sekitar pukul 2 siang barulah hujan reda dan langit biru kembali membuka.

14 pemikiran pada “Selinting Rokok di Sindoro (2)

  1. wah… ini postingan iklan rokok ya shige? hehehe… 🙂

    dirimu benar, sesekali kita perlu keluar dari zona aman; berpetualang dengan hal-hal baru. kebosanan mencuat bila kita berlama-lama berada di suatu tempat dengan situasi dan aura yang sama…

    selamat berpetualang shige 🙂

  2. @alamendah: silakan, kang. :mrgreen:

    @vany: wedew! trims.. sering2 main ke sini ya.. :mrgreen:

    @marshmallow: :mrgreen: welcome back, uni. kecil-kecil begitu katak ternyata punya nilai filosofi yang tinggi juga ya.. 😀

    menyemangati? :mrgreen: nggak juga sih, uni. tapi memang benar lho kalau sesekali merokok itu perlu, terutama untuk sosialisasi dengan orang-orang. :mrgreen:

    @nahdhi: wis mbok lebukke, dab. :mrgreen:

    @dhodie: bener, bro. 😀

    @nadya: mumpung masih muda. mumpung pinggang ini masih belum encok berkepanjangan seperti orang-orang lanjut usia. hehe..

    trims y 😀

    @areeavicenna: hahaha… apa hayo?? :mrgreen:

    @venus: hidup anak muda beginilah, mbok. hehe.. :mrgreen:
    amin. semoga tahun depan jadi lebih baik. selamat tahun baru juga, mbok.. 😀

    @vizon: mudah2an aja produsen rokok jadi tertarik masang iklan di sidebar blog ini, uda. hehehe… :mrgreen:

    benar sekali, da. sesekali perlu keluar dari zona nyaman. dunia sekitar selalu punya “sesuatu” untuk dilihat dan dipelajari.

    @celetukan segar: ayo buruan muncak lagi. 😀

    @nisa: ah, biasa aja.. :mrgreen:

Tinggalkan komentar